free html visitor counters

15 August 2008

INDONESIA OH INDONESIAKU







Carut marut masalah yang melanda negeri kita hari ini, bisa dikatakan telah mencapai pada titik sempurna. Masalah yang dihadapi sangat komplit. Dari soal ekonomi, politik, sosial, keagamaan dan lain-lain, melanda seluruh lapisan masyarakat, kalangan bawah, menengah, dan atas, baik itu dewasa, remaja, bahkan anak-anak. Semunya menjadi bagian dari masalah-masalah tersebut.


Masyarakat kalangan bawah dibuat menderita dengan semakin tingginya biaya hidup. Kenaikan bahan bakar minyak (BBM), yang diikuti oleh melonjaknya harga bahan pokok lainnya. Menambah susah hidup mereka, yang sememangnya susah. Tak cukup hanya sampai di situ, berbagai kebijakan-kebijakan pemerintah yang dikeluarkan terkesan sangat tidak berpihak pada kalangan mayoritas ini.
Para pejabat negara, yang dalam hal ini seharusnya menjadi tempat untuk mengadukan berbagai masalah yang mereka hadapi. Bukannya menjadi pemecah masalah (problem solver) bagi rakyat kecil yang telah memberikan kepercayaan di pundaknya tersebut. Saat ini justru memiliki masalah yang paling banyak. Seiring berjalannya waktu, satu-satu kebobrokan oknum pejabat kita, terungkap.

Anggota dewan, dengan kasus korupsinya, yang tak pernah rampung-rampung. Kajahatan yang dilakukan oleh ‘penjahat terhormat’, hari ini, sepertinya sudah menjadi bagian dari ‘budaya bangsa’ dan harus dilestarikan secara turun temurun, dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Kepolisian, yang sebenarnya mempunyai tugas untuk menegakkan hukum, justru hari ini, menjadi lembaga yang paling banyak melanggar hukum. Karena dengan kekuasaan yang mereka miliki, bapak-bapak aparatur negara ini, menjadi kebal hukum. Atau dengan kata lain, hukum-hukum tidak bisa menembus benteng mereka.

Para politikus, yang mestinya menjadi pihak yang paling tepat untuk menegakkan demokrasi, justru menjadi yang pertama kali, dengan semena-mena menginjak-injak sistem demokrasi. Segala macam cara dilakukan, tak peduli melalui jalan legal atau sebaliknya, yang penting tujuan mereka bisa dicapai. Semua hal menjadi sah-sah saja.
Selebritis, dengan pesona dunia glamournya, yang banyak diidolakan masyarakat, sehingga segala tingkah polah mereka selalu menjadi trendsetter. Mereka (sebagian) bukannya menunjukkan perilaku mendidik. Mereka justru mengusung budaya barat yang diambil mentah-mentah, tanpa menimbang cocok tidaknya dengan masyarakat kita. (Salah satu contoh, kasus foto-foto syur beberapa oknum artis yang tersebar di internet). Yang menyedihkan, bukannya menyesali, mereka malah dengan bangganya mengakui, perbuatan tersebut dilakukan dengan sengaja. Dan itu dianggap biasa. Katanya itu bagian dari seni, dan wujud kosekuensi profesionalisme pekerjaan yang mereka jalani.
Dan para remaja, yang menjadi salah satu harapan, perbaikan masa depan bangsa, dikecohi dengan menjamurnya situs-situs porno, yang dengan sangat mudah mereka akses. Yang sudah pasti, pesonanya jauh lebih menggoda, ketimbang materi pelajaran.
Setiap orang, baik itu pejabat, kepala Negara, selebritis, orangtua, dengan keahlian berkelit masing-masing, sibuk mencari ‘kambing hitam’ dari masalah yang sedang melanda. Di negara kita dengan latarbelakang multikulturalisme ini, sangat kekurangan, bahkan bisa dikatakan, tidak mempunyai sosok yang bisa dijadikan idola, dan panutan.

Rakyat kecil, menyalahkan kebijakan pemerintah. Pejabat, menyalahkan aparat, yang katanya tidak tegas. Orang tua menyalahkan para guru, demikian juga sebaliknya. Selebritis menyalahkan pola fikir masyarakat yang (katanya) terlalu cetek. Para ahli politik, menyalahkan kepala Negara (yang dalam hal ini adalah saingan politiknya). Tak ada satu orangpun yang mau dianggap salah, dan mengaku salah. Sangat manusiawi.
Kita, sebagai bagian dari kalangan biasa, memang tidak mempunyai kekuatan untuk merubah semua itu dengan serta merta. Kita bukan Superman, tokoh yang super baik, yang bisa melakukan banyak hal dalam waktu sebentar. Tidak mungkin!, karena orang seperti itu tidak ada di dunia nyata, ia hanya ada di dalam dongeng pengantar tidur.
Hanya kita yang ada di sini, kita yang punya banyak kekurangan. Namun jika kita mau, tak ada yang tak mungkin. Seperti pepatah yang sering diucapkan Aa Gym, mulai dari diri sendiri!. Jika kita tak suka pada perilaku oknum pemerintah yang tidak melindungi rakyat kecil, kita harus berupaya menjaga sikap, agar jangan sampai orang terdekat kita merasa didzalimi oleh ulah kita. Jangan sampai orang merasa tidak nyaman dengan kehadiran kita, jangan sampai orang lain merasa risih melihat penampilan kita. Itu saja, teorinya sangat sederhana, sesederhana praktiknya, namun jika semua orang melakukan hal yang sama, maka hasilnya akan sangat luarbiasa.



Comments :

0 comments to “INDONESIA OH INDONESIAKU”